Agustus 10, 2023
Nandur Srawung adalah acara seni rupa tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta, dengan kegiatan utama dari acara ini berbentuk pameran seni rupa.
Peserta pameran berasal dari Yogyakarta dan kota-kota lainnya dengan sistem pengajuan aplikasi terbuka (open call).
Acara ini mulai berlangsung sejak tahun 2014 dengan nama Pameran Rupa Rupa Seni Rupa: Nandur Srawung. Gagasan besar acara ini adalah mempertemukan ragam bentuk dan media ekspresi dalam seni rupa yang berlangsung di Yogyakarta, mulai seniman yang berbasis seni lukis, patung, grafis, kriya, desain, hingga seni performance dan media baru.
“Srawung” yang diambil dari bahasa Jawa berarti bergaul dimaknai sebagai bentuk pertemuan dan keterhubungan antar media dan komunitas seni rupa.
Setahun berikutnya nama acara diubah menjadi Nandur Srawung, dengan tema yang selalu berganti setiap tahunnya. Sejak tahun 2018 acara ini mengalami perubahan arah dan bentuk kegiatan. Keterhubungan antar ekspresi seni berkembang pada keterhubungan seni rupa dengan komunitas dan praktik sosial lainnya.
Makna “srawung” diperluas dan diwujudkan dalam kegiatan lain selain pameran, yaitu Srawung Moro dan Srawung Temu.
Srawung Moro adalah kegiatan seni berbentuk kerja kolaborasi seni antara seniman dengan komunitas warga. Srawung Temu adalah kegiatan residensi seni yang membuka kesempatan kepada seniman dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk melakukan kerja seni di ruang seni di Yogyakarta atau dengan komunitas seni di Yogyakarta.
Dua kegiatan itu sebagai wujud keterhubungan praktik seni dengan komunitas, terutama warga di sekitar DIY dan membuka jejaring dengan seniman dari daerah lain.
Sejak 3 tahun ini Nandur Srawung juga melibatkan beberapa seniman dari luar negeri untuk berpartisipasi dalam pameran.
Untuk tahun ini, Nandur Srawung tetap terselenggara dengan menambahkan kegiatan Srawung Moro: Temu Kurator Muda. Program ini membuka kesempatan kepada anak-anak muda yang tertarik dengan kegiatan kurasi seni rupa untuk bergabung dalam proses kurasi pameran Nandur Srawung ke-8 tahun 2021.
Dari puluhan calon yang mendaftar, terseleksi 3 calon kurator muda yang memperoleh kesempatan untuk mengikuti lokakarya dan praktik kuratorial selama penyelenggaraan acara nandur Srawung.
Nandur Srawung kali ini masih diselenggarakan di tengah pandemi dimana manusia masih harus berada dalam segala keterbatasan dan kukungan. Kehidupan manusia lambat laun berangsur porsinya semakin
besar memasuki dunia digital. Perhelatan kali ini akan menilik lagi berbagai hubungan yang terjadi baik antar sesama manusia maupun manusia dengan lingkungannya.
Melihat situasi tersebut Nandur Srawung memilih tema Ecosystem: Pranatamangsa. Tema ekosistem digunakan untuk melihat bagaimana manusia berelasi dengan sesama dan semestanya, termasuk bagaimana mereka melakukan adaptasi dalam kondisi pandemi dan jagad digital. Apakah manusia makin tercerabut dengan semesta nyatanya dan tersesat dalam jagad digital, ataukah manusia memiliki cara beradaptasi yang berbeda dengan perubahan alamnya melalui dunia digital. Bagaimana kumpulan informasi yang terserak di jagad digital itu membantu manusia, sebagaimana dahulu ‘pranåtåmångså’_ digunakan untuk membaca semesta. Dari pertanyaan dan pernyataan itulah setidaknya gagasan pameran ini dikembangkan.
Salah satu konsep dalam pembahasan mengenai ekosistem adalah Biophilia, yaitu konsep yang menyatakan bahwa Individu yang sehat mampu menemukan cara bersatu kembali dengan dunia, dan dengan cara bersikap produktif manusia dapat memenuhi kebutuhan manusiawi mereka. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Erich Fromm untuk menggambarkan orientasi psikologis yang tertarik pada semua yang hidup dan vital.
Edward O Wilson kemudian menggunakan teori Biophilia dan mendefinisikannya sebagai “kecenderungan bawaan untuk fokus pada kehidupan dan proses seperti kehidupan serta bahwa hubungan manusia dengan alam tidak hanya fisiologis tetapi memiliki dasar genetik”. Hipotesis Biophilia adalah gagasan bahwa manusia memiliki kebutuhan bawaan untuk terhubung dengan alam dan bentuk biotik lainnya karena ketergantungan evolusioner kita padanya untuk bertahan hidup dan pemenuhan pribadi.
Nandur Srawung kali ini kemudian mengusung tema Ecosystem, dengan mengacu pada teori Biophilia. Sementara itu pranåtåmångså adalah upaya masyarakat agraris dan maritim Jawa dalam mengumpulkan informasi mengenai perubahan iklim dan menghubungkannya dengan aktivitas sehari-hari mereka. Sistem ini digunakan untuk membantu mereka dalam melakukan aktivitas bertani maupun nelayan.
Pameran ini diikuti oleh para perupa dari bermacam media seni antara lain lukisan, patung, seni grafis, batik, seni kain, video, fotografi, desain, dan aktivitas seni lainnya. Beberapa komunitas memamerkan kerja kreatif mereka yang bersinggungan langsung dengan problem kemasyarakatan, seperti menyelenggarakan literasi melalui kerja kolektif seni.
Dalam Nandur Srawung kali ini peserta berasal dari berbagai kota di Indonesia, dan diikuti pula oleh para seniman dan beberapa negara, yaitu: Austria, Swiss, Jepang, dan Jerman.
Selain karya yang dipajang di Taman Budaya Yogyakarta, Nandur Srawung juga menghadirkan karya 4 seniman street art untuk membuat karya di ruang publik di 4 titik di Yogyakarta sebagai salah satu upaya memberikan dukungan terhadap para pekerja kesehatan dan masyarakat yang terdampak pandemi. Kegiatan lain adalah penyelenggaraan talkshow bersama seniman peserta Nandur Srawung, dan kegiatan webinar yang mengenai tema yang berkaitan dengan tema Ecosystem: Pranatamangsa.
Tema Nandur Srawung X kali ini adalah Habitat: Loka Carita. Habitat adalah lingkungan tempat tinggal atau hidup dari suatu organisme atau populasi organisme tertentu. Lingkungan ini mencakup semua komponen fisik dan biologis yang memengaruhi kehidupan organisme tersebut, termasuk unsur-unsur seperti tanah, air, udara, tumbuhan, manusia dan hewan lain, dan kondisi fisik lainnya. Perubahan lingkungan yang dialami manusia tidak lepas dari perilaku manusia itu sendiri dalam hubungannya dengan alam maupun perilakunya secara sosial.
Konsep loka merujuk pada tempat atau lokasi tertentu dalam kebudayaan atau masyarakat tertentu. Loka dapat merujuk pada tempat suci atau tempat yang dianggap sebagai pusat kekuatan spiritual, atau tempat lain yang secara kultural terkait dengan mitos atau cerita dalam kebudayaan setempat. Carita adalah salah satu bentuk sastra lisan tradisional Indonesia yang berasal dari masyarakat Jawa. Istilah “carita” berasal dari bahasa Jawa yang berarti cerita atau kisah. Carita seringkali dibawakan dalam bentuk pembacaan atau pementasan oleh para dalang atau pembaca cerita, dan dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti cerita rakyat, legenda, mitos, dongeng, atau kisah-kisah sejarah. Dalam kehidupan masyarakat Carita memiliki peran penting dalam membentuk identitas, mempengaruhi tindakan, mengarahkan pemikiran, meningkatkan keterikatan, dan secara umum berperan dalam menciptakan budaya.
Sebagai penanda 1 dekade Nandur Srawung, pameran ini dirancang untuk menggambarkan ragam tema karya-karya seniman. Ruang pameran utama akan dibagi menjadi 6 bagian, yang masing-masing menyajikan hubungan seni dengan tema-tema besar kemanusiaan, yaitu: spiritualitas, lingkungan (ekologi), identitas & inklusivitas, aktivisme, teknologi, dan kesadaran sejarah (literasi). Pameran diikuti oleh seniman dari berbagai daerah dan negara, dengan bermacam metode dan pendekatan artistik. Beberapa karya dikerjakan melalui metode riset di lapangan lewat Program Nandur Gawe, yaitu di 5 titik situs di Daerah Istimewa Yogyakarta (Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Sleman, dan Kodya Yogyakarta) yang berkaitan dengan tema-tema yang terbagi dalam 6 bagian tersebut.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Nandur Srawung #9
Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.
Nandur Srawung #8
Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.
Nandur Srawung #7
Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.
Nandur Srawung #6
Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.
Nandur Srawung #5
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Nandur Srawung #4
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Nandur Srawung #3
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Nandur Srawung #2
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Rupa-Rupa Seni Rupa #1
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Jl. Laksda Adisucipto No.62, Tempel, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Resan merupakan sebutan yang lumrah dijumpai di Gunungkidul bagi pohon besar penjaga suatu wilayah, sumber air, situs sejarah atau legenda atau babad, penanda bangunan atau rumah, pasar tradisional, dan petilasan tokoh penting, dan pahlawan lokal atau cikal-bakal. Nama Komunitas Resan diambil dari bahasa Jawa reksa/rekso yang berarti ‘jaga’. Komunitas Resan mengidentifikasi diri mereka sebagai “penjaga” lingkungan Gunungkidul.
Pohon resan seringkali identik dengan tumbuhan khas suatu wilayah, dan keberadaannya lebih dulu sebelum suatu dusun/desa/kampung terbentuk.
Karena hakekat, fungsi, sejarah, dan identitasnya, maka pohon-pohon resan oleh masyarakat dihormati dan dimuliakan dengan ritus dan upacara daur hidup semacam Nyadran dan Rasulan. Resan merupakan golongan utama unsur kehidupan sasamaning dumadi (sesama ciptaan Tuhan). Bersama dengan pohon resan, satwa, dan aneka tumbuhan lain, masyarakat melaksanakan perikehidupan bebrayan agung (persaudaraan alam raya) dalam lingkaran kerukunan, keselamatan, dan kemakmuran.
Krisis lingkungan di wilayah Gunungkidul sangat mengkhawatirkan akibat pembangunan dan penambangan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya krisis air saat kemarau. Adanya krisis identitas masyarakat lokal Gunungkidul juga akhirnya membuat masyarakat sekitar merasa tidak memiliki keterikatan serta rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.
Sebagai sebuah respons terhadap keadaan ini, Komunitas Resan berupaya untuk membangun kembali identitas mereka sebagai orang Gunungkidul melalui tradisi, pengetahuan, dan kearifan lokal. KResan Gunungkidul adalah komunitas pecinta “resan” (pohon pelindung), sumber air, dan ilmu pengetahuan lokal, yang anggotanya berasal dari berbagai wilayah dan latar belakang. Komunitas ini merupakan sebuah gerakan swadaya berbasis masyarakat.
Resan Gunungkidul memiliki kegiatan rutin membibit dan menanam bakal resan. Kegiatan lainnya adalah merawat dan membersihkan sumber air, melaksanakan upacara penghormatan dan pemuliaan pohon resan, nglangse (menyelimuti) resan, mencatat ilmu pengetahuan lokal, melakukan kerja berjejaring bergotong-royong dengan komunitas pecinta lingkungan lain, juga beberapa kegiatan kebudayaan lain seperti olah tani dan berkesenian.
https://crcs.ugm.ac.id/menjadi-wong-gunungkidul-bersama-komunitas-resan/
Febri adalah seorang pematung yang telah mengkhususkan diri dalam seni relief selama lima tahun terakhir. Banyak dari upaya relief ini didorong oleh pengetahuan lokal dalam bentuk nasihat Jawa, atau Pitutur.
Ngento, Pengasih, Kulon Progo Regency, Special Region of Yogyakarta 55652.
Bangunan eks Pengepul Nila Bulurejo banyak menyimpan benda purbakala yang mengungkapkan sejarah wilayah Kabupaten Kulonprogo, yaitu mulai dari masa pra sejarah hingga terbentuknya tata pemerintahan di Yogyakarta. Bangunan eks Pengepul Nila Bulurejo didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang menjadi Raja Keraton Yogyakarta antara 1877 – 1921. Bangunan ini merupakan bangunan eks pengepul nila yang dialihfungsikan menjadi museum. Dalam perjanjian Giyanti disebutkan bahwa sultan sebagai penguasa wilayah harus menyediakan beberapa komoditas, salah satunya tom/nila yang digunakan untuk mewarnai pakaian.
Bangunan berupa bangunan rumah limasan dengan kuncungan di bagian depan. Bangunan ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian depan kemungkinan berupa ruangan tamu dan bagian kedua berupa kamar-kamar. Ruangan besar yang diduga sebagai ruangan tamu saat ini sering digunakan sebagai ruangan pertemuan bagi warga sekitar. Di depan bangunan terdapat kolam besar berbentuk bulat yang berdiameter sekitar 16,4 meter.
Bangunan cagar budaya seluas 226,2 meter di tanah Sultan Ground ini terkadang dimanfaatkan sebagai bala pertemuan RT Bulurejo. Warga memanfaatkan bangunan karna berada di tengah pemukiman warga yang strategis dan juga karna telah dilakukannya rehabilitasi yang membuat bangunan terlihat semakin baik.
Zuraisa adalah seorang seniman rupa yang masih aktif sebagai Mahasiswa di ISI Yogyakarta, Indonesia. Ketertarikannya terhadap isu gender, ketubuhan, relasi keluarga dan juga seni ke-islam-an, membawanya pada penciptaan karya dengan eksplorasi media baru.
Eva Ursprung tinggal dan bekerja di Graz, Austria. Studi dalam psikologi dan linguistik. Sejak tahun 1986 menjadi seniman dan kurator lepas, bekerja dengan suara, video, dan fotografi konseptual. Instalasi, pertunjukan, dan seni di ruang publik, elektronik, dan sosial. 1998-2003 Kurator seni visual di Forum Stadtpark Graz, sejak tahun 2007 anggota dewan IMA (Institute for Media Archeology), anggota pendiri dan dari tahun 2008-2021 presiden "Schaumbad – Freies Atelierhaus Graz". Proyek, pameran, dan pertunjukan di seluruh Austria, di New York, Los Angeles, Brussels, Rijeka, Pula, London, Nantes, Eindhoven, Milan, Novi Sad, Belgrade, Bonn, Frankfurt, Darmstadt, Bratislava, Manchester, Hull, Gdansk, Bucharest, Madrid, Glasgow, St. Petersburg, Jerusalem, Maribor, Bangkok, Chiangmai, Singapura. Residensi: 1998 Kementerian Kebudayaan Austria di Fujino (JP), 2014 APO33 Nantes (FR), 2015 Kota Judenburg, 2016 Flux Factory, New York (US), 2017 Galerija Eugen K., Brseč (HR); 2020 studio das weisse haus, Vienna (AT); 2021 Flux Factory di Museum ARoS, Aarhus (DK); Kaznice, Brno (CZ); 2022 Artist in Residence Munich, Villa Waldberta (DE).
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Tilamat, Wukirsari, Kec. Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55782 https://maps.app.goo.gl/gt1S46wbUL9YtHjt6
Makam Seniman Giri Sapto adalah makam seniman satu-satunya di Indonesia. Situs ini digagas oleh R.M Saptohoedojo. Seniman-seniman penting Indonesia dimakamkan di situs ini. Banyak pusara yang berbeda dan terlihat unik daripada makam biasanya yang dirancang sendiri oleh para seniman saat masa hidupnya. Situs ini memiliki cita-cita yang luhur agar para seniman mendapatkan penghargaan dan penghormatan atas kiprahnya membangun negeri ini dan mengharumkan nama baik Indonesia ke kancah internasional.
Posisi makam seniman ada di sebelah barat Makam Raja-Raja Mataram atau kompleks Pasarean Pajimatan Girirejo, Imogiri, Bantul.
Untuk dapat memasuki makam seniman, pengunjung harus melewati pintu gerbang berbentuk lengkung setengah lingkaran berdiameter sekitar 10m. Gerbang pintu utama tersebut dibuat struktur bertingkat sepuluh teras mengikuti kontur perbukitan.
Sebagian besar makam menggunakan jirat dan bahkan berjirat penuh. Makam yang masih belum berjirat terdapat di areal makam sebelah selatan atau dari gerbang utama ke arah kiri, yang memiliki pintu gerbang khusus.
KELOMPOK CANDA di dirikan pada tanggal 30 April 2017, dengan 6 anggota. Keanggotaan GRAFIS CANDA berawal dari kesamaan visi misi dan rasa persaudaraan, selain itu kami mempunyai latar belakang dalam dunia seni yang sama. KELOMPOK CANDA merupakan kelompok yang begerak di bidang seni murni (LUKIS .GRAFIS, PATUNG) dan juga kekaryaan yang bersifat riset, instalasi dan berbagai hal yang berhubungan dengan seni kontemporer,kebudayaan maupun lokakarya. Selain itu kami berupaya saling berbagi dan mengasah potensi kreatif para anggota. Kelompok Canda sudah melakukan beberapa kegiatan seni. Pameran di Yogyakarta dan luar kota, dan aktif melakukan symposium.
Proyek Benggala merupakan wahana interdisipliner yang digagas oleh Adnan Aditya, Adhi Pandoyo, Awalludin M, dan Rachmad Afandi. Pola-pola kesenian yang bersifat kolaboratif dan interdisipliner, merupakan salah satu hal yang mempertemukannya. Dalam menciptakan karya seni berbasis riset terhadap tradisi benda dan tak benda, kami menafsirkan ulang, mengapropriasi dan mengaktualisasikannya sebagai praktek artistik dengan melibatkan serangkai eksplorasi media. Pada tahun 2021, melalui karya “Dorang: Donga Marang Pangeran” kami menyoroti peralatan cangkul sebagai artefak yang terus digunakan; hal mana beririsan dengan tradisi lisan sebagai: mekanisme pengetahuan yang mapan di dalam masyarakat, sekaligus sebagai representasi simbolik di dalam budaya agraria hingga ideologi dan politik kekuasaan. Pada karya kami yang lainnya, “Keselamatan Wajah Semua Kerinduan” (2020), secara perdana kami merespon peristiwa global, pandemi Covid-19 sebagai pageblug yang sejatinya di dalam konteks lokal, bukanlah hal yang baru di dalam meresponnya. Hal terakhir inilah yang meyakinkan kami bahwa perilaku ritual/ritus merupakan mekanisme wacana dan praksis yang memiliki esensi dasar sebagai doa, dan memiliki wajah performatif yang arbitrer dan kontekstual. Pada tahun 2022, kami terlibat dalam Residensi Kecil Tani Jiwo. Riset kami menghasilkan karya yang menyoroti praktik lokalitas berupa ritual tradisi ruwatan pada masyarakat desa Sikunang, Dieng. Melalui riset sepanjang satu tahun itu, kami berupaya mengaitkan antara mitos dan ritual, dengan pembentukan identitas budaya masyarakat.
Jalan Ahmad Yani, Jalan Suryatmajan, Jalan Suryotomo dan Jalan Los Pasar Beringharjo https://maps.app.goo.gl/i7Fab6JvWduSWtNMA
Kampung Ketandan lahir pada akhir abad 19, sebagai pusat permukiman orang Tionghoa pada zaman Belanda. Pemerintah Belanda kemudian menerapkan aturan pembatasan pergerakan (passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal Tionghoa (wijkertelsel). Tetapi dengan izin Sri Sultan Hamengku Buwono II, warga Tionghoa tersebut tetap dapat menetap di tanah yang terletak di utara Pasar Beringharjo ini, dengan maksud turut memperkuat aktivitas perdagangan dan perekonomian masyarakat. Sejak 200 tahun yang lalu daerah ini menjadi tempat masyarakat Tionghoa tinggal dan mencari nafkah, sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan kota Jogja.
Sebagian besar penduduk berprofesi pedagang emas dan permata, toko kelontong, toko herbal, kuliner juga berbagai toko penyedia kebutuhan pokok.
Sejak tahun 2006, setiap menyambut Tahun Baru Imlek, di Kampung Ketandan diadakan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Ketandan dihiasi dengan ornamen dan Gapura berarsitektur Tionghoa, berlangsung pula Festival seperti panggung hiburan, seni barongsai, pasar kuliner hingga Pawai Budaya Tionghoa di sepanjang Jalan Malioboro.
M Yasir lahir di Rimo, 18 September 199. Berasal dari Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Lulus S1 di Universitas Negeri Padang dengan program studi pendidikan Seni Rupa. Melanjutkan studi S2 di Pascasarjana ISI Yogyakarta. Saat kuliah S1 telah aktif berkarya dan mengikuti beberapa pameran lokal dan nasional. Karya-karya yang dibuat adalah lukisan dengan visual surrealisme. Adapun tema- tema yang sering dimuat dalam lukisan adalah tentang fenomena sejarah, realitas kekinian dalam kehidupan sehari-hari baik itu perubahan budaya maupun situasi sosial politik. M Yasir telah beberapa kali mengikuti pameran nasional yang diadakan oleh pemerintah di antaranya Pameran Besar Seni Rupa di Manado tahun 2016, Pameran Sumatera Biennale di Padang tahun 2016, Pameran Nusantara tahun 2017 di Galeri Nasional Indonesia, Pameran Keliling Koleksi Galeri Nasional Indonesia dan Perupa Aceh tahun 2018. Pameran Nusantara 2021 di Galeri Nasionla Indonesia. Pameran International Art Exhibition Dewantara Triennale #2 di Jogja Galeri. Juga aktif mengikuti pameran yang dilaksanakan oleh komunitas-komunitas seni yang di bengkulu, Padang, Aceh, dan Yogyakarta. Pada tahun 2017 meraih juara 1 pameran pemuda se Aceh dan pada tahun sama pula mendapatkan penghargaan dari Bupati Aceh Singkil Sebagai Pemuda berprestasi.
Sejak tahun 2017 mulai benar-benar tertarik pada seni rupa. Namun masih mencoba mengembangkan diri sendiri. Mengingat belum mengenal ataupun mengetahui wadah untuk seniman. Lalu pada tahun 2020 melanjutkan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada mengenai berkesenian. Saat ini sedang berdomisili di Yogyakarta.
Jl. Laksda Adisucipto No.62, Tempel, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 https://maps.app.goo.gl/8vHCdJaaDjoRFjeP9
Pesanggrahan Ambarrukmo adalah salah satu Pesanggrahan Kraton Yogyakarta yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono V (1823-1855) dan selesai dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921). Pesanggrahan Ambarukmo dulunya merupakan tempat kediaman Sultan Hamengku Buwono VII sesaat setelah beliau turun tahta atau lengser keprabon dan madheg mandhito. Pesanggrahan Ambarukmo juga memiliki kaitan dengan sejarah Kabupaten Sleman. Ketika awal pembentukan Kabupaten Sleman, tempat ini digunakan sebagai kantor pusat pemerintahan Sleman.
Setiap orang bebas memasuki Pesanggrahan Ambarrukmo setelah meminta izin pada petugas dan mengisi buku tamu.
Terdapat ruangan berisi koleksi foto-foto Sultan Yogyakarta, penjelasan tentang Kraton Yogyakarta, dan replika prasasti Kraton dengan huruf jawa. Terdapat pula buku yang mengulas tentang sejarah Ambarrukmo serta pesanggrahan itu sendiri.
Di bagian belakang Pesanggrahan Ambarukmo terdapat sebuah kolam yang ditengah-tengahnya terdapat bangunan berlantai dua khas bangunan Eropa.
Smiha Kapoor (lahir 1997) adalah seorang seniman dan fasilitator asal India yang saat ini berbasis di Singapura. Pendekatannya dalam menciptakan karya seni visual bersifat berpusat pada kinerja melalui mana ia memperluas hal-hal pribadi ke dalam ranah gambar, instalasi, dan media berbasis gambar. Terinspirasi oleh performativitas dalam kehidupan sehari-hari, yang berakar dalam estetika dan ikonografi pribadi, ia dengan bermain-main mengkaji gagasan-gagasan tentang penjelmaan dan praktik-praktik tubuh yang memiliki lapisan-lapisan dalam simbolisme sosial, budaya, dan spiritual.
Karina Roosvita (lahir di Yogyakarta, 2 Maret 1978) adalah seorang seniman, pendongeng, dan pendidik, yang karyanya bersinggungan dengan sejarah lokal dan masyarakat, mitologi dan kaitannya dengan isu-isu sosial, gender, dan lingkungan. Roosvita belajar mendongeng secara formal di Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 2003 dan belajar Kajian Budaya di Media and Cultural Studies, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2010. Roosvita juga merupakan penerima beasiswa Unggulan pada tahun 2012.
Didampingi oleh beberapa praktisi baik itu dari kurator, disainer pameran maupun praktisi penangan seni dan seniman yang mempunyai keahlian khusus di penanganan seni, maka para partisipan akan belajar dan bekerja bersama secara praktek langsung mengenai: - Prosedur penanganan karya seni - Pembangunan tatanan dan instalasi sebuah pameran seni - Pemasangan karya seni di ruang pamer - Prosedur pengemasan dan pengiriman karya seni
Soga Studio adalah studio khusus untuk penanganan seni yang berbasis di Yogyakarta yang didirikan oleh Janu Satmoko, seorang art handler profesional dengan pengalaman bertahun-tahun di bidang seni rupa lokal, nasional, dan internasional. Pada aktivasi program kali ini, Soga Studio diwakili Alwan Setiawan, art handler profesional yang juga telah malang melintang di bidang art handling seni rupa nasional dan internasional. Fokus Soga Studio pada pengelolaan, perawatan, dan penyajian karya seni dengan profesional menjadikannya solusi bernilai bagi penanganan dan presentasi karya-karya seni rupa.
Amalia Zahra Anisyah Padmanila Sari Aulia Salsabila Dosdo Noel Tobing Farras Aldinata Charis Subandi Khairun Nisa Anjani Laurensia Dhamma Viriya Moh. Kholilur Rahman Mohammad Ikhya Muhammad Abdul Aziz Muhammad Gelar Paundrahanutama Najib Ismail Robby Ikma Jatti Ryan Bayu Pamungkas
Didampingi oleh praktisi berpengalaman, para partisipan akan terjun langsung untuk bersama-sama merancang sebuah perhelatan Pameran Seni. Partisipan akan dibekali oleh: - Mempelajari rancang bangun melalui perangkat lunak - Merancang berdasarkan kebutuhan sebuah pameran - Melakukan rancang bangun kebutuhan tampilan pameran (display, lighting, tata ruang) - Melakukan kerja praktek di lapangan tatanan dan instalasi sebuah pameran
Zulfian Amrullah adalah seorang seniman yang lahir pada tahun 1982 di Pontianak. Setelah menyelesaikan studi arsitekturnya di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006, dia kemudian tinggal dan bekerja di biro desain lansekap di Singapura. Sejak akhir tahun 2013, ia kembali tinggal di Yogyakarta dan aktif terlibat di beberapa program seni rupa. Zulfian Amrullah juga dikenal sebagai Co-Artistic Director ARTJOG, yang menunjukkan dedikasinya terhadap pengembangan dan pengaturan aspek artistik sebuah pameran seni. Latar belakang ilmu arsitektur memberinya keterampilan dan pengetahuan dalam merancang dan mewujudkan bangunan dan lingkungan yang fungsional dan estetis. Pada tahun 2013, ia mulai aktif terlibat dalam program residensi seni, pameran seni rupa, dan seni pertunjukan. Beberapa pameran dan pertunjukan yang telah diikutinya adalah "Earth Manual Project Exhibition 2013" di Design and Creative Center Kobe, Jepang, dan "Planet Kesebelas" di Teater Amarta, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta.
Abidzar Afif Afiqoh Qurratu’Aini Ahmad Adi Nugroho Alieneta Firdausi Ilham Syaifullah Muhammad Vava Almu’in Ridho Dwi Cahyo Stella Rossa Zarifa Sholihah
Jl. Laksda Adisucipto No.62, Tempel, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Untuk mewujudkan sebuah pameran seni, maka diperlukan sebuah ide dan gagasan yang dapat dituangkan ke dalam bentuk rancangan tertulis. Sebuah proposal tidak hanya berfungsi dan memiliki kegunaan dalam merancang sebuah perhelatan seni, namun juga dapat berguna bagi individu dalam pengembangan karyanya. Pada sesi ini maka akan diadakan sebuah inkubasi dimana para partisipan akan dibimbing oleh para praktisi yang memiliki keahlian khusus di bidang ini. Adapun lingkup inkubasi penulisan proposal ini meliputi: - Menggubah sebuah gagasan dan merujuk menjadi sebuah tema - Pembuatan kerangka dasar proposal - Pembagian ranah ranah manajerial sebuah proposal - Penulisan proposal - Perincian dan detil detil khusus sebuah proposal - Penyusunan proposal secara artistik
Irene Agrivina adalah seorang perupa, teknologis, dan kurator yang bekerja di ranah seni, sains, dan teknologi. Sebagai salah satu pendiri House of Natural Fiber (HONF) sebuah laboratorium terpadu dan juga XXLab, kolektif perempuan dan non binary yang berfokus pada seni, sains, dan teknologi bebas, Irene terlibat dalam berbagai proyek kolaboratif yang lintas-disiplin dan multimedia, sebagai respons terhadap tantangan-tantangan sosial, budaya, dan lingkungan. Dia telah memberikan kuliah singkat maupun lokakarya di berbagai universitas bergengsi dan karya-karyanya telah dipamerkan secara internasional, termasuk dalam acara-acara bergengsi seperti New Museum, New York di US, IFVA New Media Art Festival di Hong Kong , 5th Anyang Public Art Project di Korea Selatan, Ars Electronica Festival di Linz, Austria, dan Pixelache Festival di Helsinki, Finlandia dan lain sebagainya. Pada tahun 2019, Irene Agrivina dipilih oleh Asialink, sebuah lembaga di Australia sebagai salah satu dari enam wanita pionir dari Asia Tenggara dan Australia. Pengakuan ini menyoroti kontribusi signifikan yang telah diberikan olehnya dalam berbagai bidang, serta peran pentingnya dalam memajukan kolaborasi dan inovasi lintas disiplin.
Aji Bayu Kusuma Alma Naya Kamila Annisa Fitri Azka Rafa Nadira Beniguus Fajar Gupita Darryl Haryanto Dayang Nimpuna Dewanty Ajeng Wiradita Dionisius Maria Caraka Ageng Wibowo Elsse Melanti Eugenia Gusnawang Abdullatif Lintang Pertiwi M.Alif Wicaksono Muhammad Rizqon Febriansyah Nurul Fajri Kusumaningrum Rangga Mahesa Putra Siti Syahmina Budiarso Smita Parama Syeifty Taufiqur Rohman Choirunnas Yosephine Febe
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Lorem ipsum 20 x 20 2023
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.